REKTOR KUKUHKAN EMPAT GURU BESAR UNIVERSITAS PATTIMURA

UNPATTI,- Rektor Universitas Pattimura, Prof. Dr. M.J. Saptenno, SH, M.Hum mengkukuhkan empat guru besar dalam Rapat Terbuka Luar Biasa Senat Universitas Pattimura, bertempat di Auditorium Unpatti, Selasa (7/2). Keempat guru besar yang dikukuhkan yakni Prof. Dr. Drs. Zainal Abidin Rengifurwarin, M.Si., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,  Prof. Dr. Patrisius Rahabav, M.Si., sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prof. Dr. Steven Siaila, M.S  sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Prof. Hendry Izaac Elim, Ph.D., Guru Besar Bidang Ilmu Fisika Nanosains dan Nanoteknologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Prof. Dr. Drs. Zainal Abidin Rengifurwarin, M.Si, dalam pidato yang berjudul “Peran Administrasi Publik : Dinamika Pergeseran Makna, Paradigma, Profil, Peran dan Isu Administrasi Kepulauan” mengatakan, tema ini dianggap penting dan masih relevan sesuai dinamika perkembangan administrasi publik dalam kehidupan bernegara saat ini, termasuk di Provinsi Maluku. Disisi lain dalam praktek, masih ada kekeliruan persepsi tentang makna administrasi publik, apa posisinya sebagai seni, atau ilmu, bagaimana orientasi dan paradigmanya, apa fungsi dan profil administrasi publik, dan bagaimana peran administrasi publik. Sebagian orang menganggap administrasi berkaitan dengan hal-hal yang bersifat administratif saja padahal administrasi publik mencangkup hal-hal yang fundamental yang luas dan kompleks berkaitan dengan pengelolaan negara. Terkait dengan isu administrasi kepulauan, dimana provinsi Maluku dan 7 provinsi lainnya memiliki keinginan untuk mendorong pemberlakuan otonomi atau daerah kepulauan yang sampai hari ini belum terjadi. Peran Administrasi Publik : Dinamika Pergeseran Makna, Paradigma, Profil, Peran dan Isu Administrasi Kepulauan, dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dalam memahami dan merespon perkembangan dan dinamika pembangunan nasional dan daerah, serta lingkungan Indonesia sebagai instrument yang diharapkan mampu memfasilitasi dan menghasilkan model dan pendekatan yang bersifat generic (antara teori dan praktikal) dari berbagai bidang yang memiliki fokus dan sensivitas dalam memenuhi tuntutan kepentingan dan kebutuhan publik untuk kesejahteraan serta kepuasan dan kepercayaan publik.

Prof. Dr. Patrisius Rahabav, M.Si dalam pidatonya yang berjudul “Implementasi Good Governance and Sound Governance Dalam Meningkatkan Mutu dan Saing Pendidikan di Indonesia” mengatakan, pendidikan memiliki peran strategis dalam pengembangan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu, investasi terpenting suatu bangsa adalah pendidikan karena berhubungan erat dengan human capital (Becker, 1994). Good Governance hadir sebagai koreksi atas Dominasi pemerintah (government) dan ketidakmampuan government merealisasi kebutuhan publik yang dilayani. Government dituduh tidak mampu bahkan gagal mewujudkan tugas negara dalam mensejahterakan rakyat. Government dituduh bekerja lambat, kurang tanggap, tidak partisipatif dan koruptif. Lanjut dikatakan, esensi Good Governance pada level birokrasi pendidikan adalah dimungkinkannya partisipasi publik dalam setiap pengambilan keputusan, pelaksana hingga evaliasi berbagai kebijakan publik yang bermuara pada peningkatan mutu dan daya saing bangsa. Sedangkan esensi good governance pada level sekolah adalah terbuka peluang kemitraan antara sekolah, pemerintah dan publik (kekuatan non negara) untuk ikut memikirkan, merancang, melaksanakan, membantu, mengawasi dan mengendalikan program sekolah agar terjadi peningkatan mutu dan daya saing sekolah dalam artian makro dan mutu proses pembelajaran dalam artian mikro.

“Sudah saatnya spirit good governance dan sound governance diimplementasikan dalam pengelolaan pendidikan pada sekolah. Desentralisasi pendidikan dalam spirit good governance dan sound governance dimaksudkan untuk memangkas birokrat pendidikan dari ortodoksi kekuasaan praktik bad governance dan berbagai pathology birokrasi”, ujarnya.

Beliau berharap, muncul kesadaran bersama birokrat dan praksis pendidikan untuk mereinventing esensi pendidikan sebagai pembebasan, pemanusiaan dan pembudayaan yang telah lama absen dari pola pikir, cita rasa dan perilaku birokrat serta praksis pendidikan bangsa ini.

“Mari kita merestorasi pendidikan kita yang sudah lama dirusak oleh praktik feodalisme, imperialism, virus ganas monopoli dan keserakahan serta dehumanisasi yang telah mengakalisasi peserta didik menjadi insan yang nyaris kehilangan jati diri”, tutupnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Steven Siaila, M.S, dalam pidatonya berjudul “Prospek Usaha Perikanan Tangkap Atas Realitas Fully-Exploited Pada Tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan Di Provinsi Maluku” mengatakan fenomena menarik mengangkat judul ini karena adanya situasi yang cenderung stagnan atas kesejahteraan para nelayan pelaku usaha perikanan tangkap, sejak berada dalam tingkat pengelolaan sumber daya ikan moderate hingga mencapai fully-axploited. Provinsi Maluku adalah Provinsi yang dikenal dengan sebutan Provinsi Kepulauan memiliki tiga wilayah pengelolaan perikanan yakni laut seram, laut banda dan laut arafura,  menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan. Setelah didalami lebih lanjut, fully-axploited secara langsung akan mempengaruhi dua hal pada aktivitas nelayan yakni jarak tempuh yang semakin jauh dan jumlah tangkapan yang cenderung sedikit. Kedua hal ini berdampak negatif terhadap capaian hasil tengakapan nelayan tiap kali melaut. Jarak tempuh yang semakin jauh dari home base ke fishing-graund akan meningkatkan biaya BBM tiap kali melaut. Disisi lain penurunan jumlah tangkapan akan menurunkan pula pendapatan usaha perikanan tangkap tiap kali melaut akibat yang ditimbulkan adalah capaian laba akan menurun dan berakibat penurunan capaian profitabilitas usaha perikanan tangkap.

Lanjut dikatakan, ketergantungan nelayan pada pedagang pengumpul adalah realitas yang sulit untuk diubah yakni kebiasaan para pelaku usaha perikanan tangkap ketika akan melakukan aktivitas mulai terbiasa menggantungkan diri pada pedagang pengumpul yang selalu menyediakan BBM dan es. Keadaan ini dengan sendirinya menghilangkan kebebasan pelaku usaha perikanan tangkap  untuk menjual hasil tangkapannya ke tempat lain, pedagang pengumpul cenderung menentukan harga beli hasil tangkapan. Harga jual ikan tentu akan ditentukan oleh pedagang pengumpul, sehingga posisi nelayan selaku pelaku usaha perikanan tangkap sangat lemah untuk menentukan harga jual ikan, padahal harga jual ikan di pasaran lokal dan pasar luar luar negeri berbeda jauh dengan realitas harga yang ditemui pelaku usaha perikanan tangkap. “Menjadi pertanyaan, dari posisi moderate sampai pada fully-axploited siapa yang nikmati, bukan  lagi pengusaha kecil, nelayan tetapi mereka yang memiliki usaha dengan skala besar, sementara  kita di daerah hanya  menikmati sisanya saja” ungkapnya.

Prof. Hendry Izaac Elim, Ph.D merupakan professor pertama Bidang Ilmu Fisika Nano Sains dan Nano Teknologi di Unpatti dan juga di Indonesia Timur. Dalam pidato Guru Besarnya “Fisika Multitasking dalam Nanosains, Nanoteknologi dan Nanomedis”, dikatakan Teknologi tercanggih di Abad 21 ini yang paling mungkin diterapkan secara multitasking diberbagai bidang kehidupan adalah nanoteknologi yaitu teknologi chip yang ukurannya hanya sekitar 100 hingga 1000 atom atau sebesar 1/1000 dari tebal rambut manusia. Bahwa hasil-hasil penemuan tingkat tinggi sangat tergantung pada pengembangan ilmu-ilmu dasar khususnya ilmu fisika. Dalam pidatonya juga disampaikan berbagai hasil riset penemuan yang berhubungan dengan sifat-sifat optik, elektornik dan nonlinier optik dari beraneka ragam material berstruktur nano, baik metalik nanomaterial, semikonduktor nano struktur, maupun super hybrid material dan penelitian yang digunakan berkaitan dengan fisika terapan yang berorientasi pada fisika multitasking yang berdampak multidisciplinary. Dalam penutup pidatonya Prof Elim menjelaskan tentang arah dan visi road map riset  yang akan terus dibangun menuju Pusat Kolaborasi Riset Fisika Kepulauan dan terus berkembang menjadi Multisciplinary Research Center For advanxced Physics.

Rektor Universitas Pattimura, Prof. Dr. M. J. Saptenno, S.H, M.Hum dalam sambutannya mengatakan, di diawal tahun 2023, Universitas Pattimura untuk pertama kalinya mengkukuhkan empat guru besar sekaligus. “Ketika mendapatkan guru besar, maka para guru besar tetap rajin dalam menulis, memberikan ceramah dan kuliah umum, sehingga pikiran-pikiran tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain dalam rangka pengembangan ilmu dan lebih dari pada itu untuk kepentingan pembangunan sumberdaya manusia di Maluku”, ujar rektor. Saat ini Universitas Pattimura telah memiliki 82 Guru Besar, sehingga Prof. Saptenno berharap kedepan dengan semakin banyak guru besar maka kedepannya proses perguruan tinggi dapat berlangsung dengan baik, dan Universitas Pattimura lebih maju serta menghasilkan sarjana yang berkualitas. Acara Pengukuhan Guru Besar ini, dihadiri oleh Forkopimda Provinsi Maluku, Kepala LLDIKTI Wilayah XII Maluku dan Maluku Utara, para Pimpinan Perguruan Tinggi dan Swasta, para Wakil Dekan, para Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi, para Rohaniawan dan para keluarga.

Selamat dan Sukses …Hotumese

#UniversitasPattimura
#HumasUnpatti
# RektorKukuhkanEmpatGuruBesarUniversitasPattimura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *